Memang sudah sejak awal, aku telah diberikan buku dongeng islami, dari sekedar membolak-balikan halaman, atau dengan membuka halaman satu demi satu. Buku atau apapun berupa bacaan telah dekat denganku sejak aku lahir. Seperti saat ini aku sudah sering membuka halaman koran dan melihat-lihat ada apa disitu!. Karena ayah hoby mengumpulkan buku dan menjadi penjual buku, sejak saat itu jarak aku dengan buku begitu dekatnya. Tak jarang aku mencoret atau bahkan mengoyak dan menyobek buku-buku tersebut.
Tjiaaaaa itulah kata-kataku, ketika aku ingin menunjukkan lubang pusar perutku. Entah kenapa aku melakukan itu mungkin sebagai lucu-lucuan belaka. Dan saat ini aku sangat suka memakai sesuatu yang dapat dijadikan kalung, seperti tanda pengenal umroh oma dari Ende dan gantungan kunci motor ayah. Juga pada bulan inilah mulai tampak kegemaranku memakan mie ayam, selain juga beberapa makanan yang aku suka seperti ketimun dan kacang merah. Masih seperti bulan-bulan sebelumnya aku mengikuti ayah yang punya sering begadang. Di saat yang lain aku sering kedapatan tidur dalam malas. seperti dalam kondisi baring-baring sambil mata terbuka menatap hampa, dan kemudian bila ketahuan, tersenyum manja dan melanjutkan khayalanya. Kini aku juga mulai mengerti bahwa ada barang-barang yang tidak boleh aku pegang sembarangan. Seperti ketika aku bertemu dengan jarum, peneti, atau bross, maka aku langsung memberikan kepada orangtuaku.
kaget melihat struk belanjaan ibu dan sambil melihat-lihat di Matahari Departement Store
Pada bulan ini kedua orangtuaku
berpuasa, hanya aku yang belum diwajibkan untuk berpuasa. Ini mengingatkan
bahwa ibu telah dua tahun tidak berpuasa, pertama ketika aku berada
dikandungannya dan kedua ketika aku masih menyusui di awal-awal pertumbuhanku,
namun di bulan ini ibu telah berpuasa dengan aman sentosa. Dan pada bulan ini, aku lebih sering berpergian ke
pusat-pusat perbelanjaan di Kota Kupang, bersamaan dengan mendekatnya waktu
lebaran, namun lucunya tiga pasang baju lebaranku malah di beli secara online. Cerita menarik pada kesempatan berbelanja di mall
adalah ketika harus menahan rasa takut melihat manekin di deretan penjualan busana.
Entah sudah ada rasa takut berlebihan ketika harus berdekatan dengan manekin,
baik dengan tampang laki-laki atau perempuan dewasa atau juga dengan manekin
anak-anak.
Dengan cerita yang hampir mirip aku
datang ke Bandara El Tari untuk bertemu dengan dua orang tanteku yang sedang
transit di Kupang dari Surabaya menuju Ende. Dengan keceriaan aku diajak
berjalan di sekitar taman bandara. Namun ketika bertemu dengan patung torso
besar mantan Gubernur NTT El Tari, suasanapun berubah aku menjadi takut bahkan
roti yang ada dalam mulutku tak aku telan hingga berjam-jam kemudian. Suasana
mencair ketika aku telah menjauh dari patung torso tersebut. Dan selepas
kepergian kedua tanteku aku kembali mencari hiburan berjalan-jalan ke Ramayana
Mall, dan disitulah aku menikmati melihat-lihat pakaian anak-anak hingga
kemudian aku menumpahkan muntahan roti dilantai, yang aku makan sejak
dibandara!.
Aku semakin mahir berceloteh dengan
berbagai bahasa planet yang aku kuasai, aku sudah bisa meniru suara gonggongan
anjing, jeritan kucing hingga suara kokok ayam walau dengan hasil akhir yang
tidak terlalu mirip. Demikian juga dengan berusaha menyanyi hanyaaayaya dengan nada. Suatu kali
ketika melihat oma di Alak sedang bercerita dengan antusiasnya hingga
menujukkan gestur angka 1 Rupiah dengan jari, seraya aku juga mengancungkan jari 1 sambil tersenyum, itu terus aku lakukan seolah sebagai bagian dari cara aku membangun berkomunikasi.
luka pertama dan sedang pingin makan kue lebaran
Di bulan ini gigi taring atasku mulai
tumbuh keluar dari gusi, inilah momen di mana aku tampak
emosional, suka marah-marah tanpa jelas dari apa yang aku marahkan. Bila aku meminta sesuatu di meja atau lemari, upayakan segera apa yang aku inginkan diberikan, jika tidak aku akan
menagis. Kabar baiknya aku sudah bisa diperintah seperti mengantar suatu barang
dari ayah ke ibu, tante ke oma, atau dari ayah ke orang lain. Aku memang sudah ingin berjalan di luar rumah
layaknya orang dewasa, aku sudah mampu berjalan berlahan sejauh 50
meter tanpa henti dan sepertinya di masa mendatang akan melangkah lebih jauh
dari itu. bahkan sekali karena begitu exited-nya
berjalan di luar rumah, aku terjatuh dan untuk pertama kalinya
kakiku mengalami luka, tapi mudah-mudahan aku tidak menjadi anak yang nakal. Di saat yang lain aku suka berjalan
dengan sepatu baru sambil menghentak-hentakan kaki kanan,
seolah sedang menguji ketahanan sepatu. Di masa ini aku ingin berinteraksi dengan
orang lain, sekali aku kedapat mengetuk pintu tetangga, seolah ingin mengajak anak
tetangga keluar untuk bermain.
momen pertama kali sholat ied
Di bulan inilah untuk pertama kalinya aku menunaikan sholat
idul fitri 1 Syawal 1428 H / 25 Juni 2017, atau tepat pada ulang tahun ayah, di
lapangan sepak bola Kompleks TNI AL Osmok, dengan khotib Ustad Sanu Bajuri. Yah
kalo dibilang momen untuk pertama kalinya, tentu tidak khusyu, jadi cuman main-main apalagi aku
masih kecil, jadinyaku tidak sholat malah mengutak-atik gawai yang diberikan ibu agar aku bisa tenang. Dan terakhir kisah
dari lebaran tahun ini, aku begitu menyukai beberapa cemilan yang hanya ada
meja tamu di saat musim lebaran tiba dan untuk pertama kalinya aku menyambut
tamu yang datang bersalaman di rumah oma. (*)
Kupang, 26 Juni 2017
@daonlontar.blogspot.com