Minggu, 09 Oktober 2016

“The Game”, Kasus Jessica dan Mirna

foto: m.harianindo.com

Bermula dari tanggal 6 Januari 2016, Wayan Mirna Salihin, 27 tahun, meninggal dunia sehabis meneguk kopi di Olivier Café, Grand Indonesia. Pada saat kejadian, Mirna sedang berkumpul bersama kedua sahabatnya, Hani dan Jessica Kumala Wongso. Berdasarkan hasil otopsi oleh pihak kepolisian, ditemukan pendarahan pada lambung Mirna yang dikarenakan adanya zat yang bersifat korosif masuk dan merusak mukosa lambung. Zat korosif tersebut dipastikan berasal dari asam sianida yang ada dalam kopi yang diminum Mirna. Berdasarkan hasil olah TKP dan pemeriksaan saksi, polisi menetapkan Jessica Kumala Wongso sebagai tersangka. Jessica dijerat dengan pasal 340 KUHP tentang pembunuhan berencana dan kemudian kasus inipun bergulir ke meja pengadilan.

Di luar dugaan, ternyata kasus ini menjadi perhatian publik yang meluas. Persidangannya disiarkan secara live oleh beberapa stasiun televisi, update berita persidangan menjadi headline di hampir semua televisi nasional. Serta mengudang begitu banyak atensi hingga ke ranah media cetak dan media sosial, dan juga memunculkan perdebatan di berbagai kalangan, dari sekelas tukang ojek hingga para akademisi, dari juru parkir hingga selebritis. Kasus heboh yang diangkat dalam mimbar pengadilan ini, selayaknya kisah sinetron yang di angkat di layar kaca. Dari sidang ke sidang dari episode ke episode, Kita dibuat terkagum-kagum oleh adu argumentasi, dipaksa berpikir keras untuk menemukan titik akhir dari kisah ini. Sehingga kasus Jessica dan Mirna ini adalah kisah kasus hukum terakbar yang di mulai awal tahun ini dan juga menjadikan Jessica menjadi tokoh perempuan paling populer di tahun 2016 ini.

Namun sebelum lebih jauh membahas kasus hukum pembunuhan Mirna, sejenak kita beranjak ke sebuah film lawas produksi Propaganda Film tahun 1997, berjudul The Game. Film misteri thriller Amerika yang disutradarai David Fincher dan dimainkan oleh aktor Michael Douglas yang berperan sebagai Nicholas Van Orton sebagai tokoh utama. Dalam film ini Nicholas adalah seorang bankir investasi kaya, telah bercerai dengan isterinya. Ia memiliki seorang adik laki-laki bernama Conrad. Sebenarnya Nicholas Van Orton sedang berulang tahun ke-48, namun ia memiliki trauma besar tepat di umur demikian. Hal ini karena ayahnya di usia 48 tahun mengakhiri hidup dengan terjun dari ketinggian. Untuk menghibur abangnya yang sedang galau, Conrad memberikan Nicholas sebuah hadiah ulang tahun yang tak biasa, berupa voucher untuk sebuah "permainan" yang ditawarkan oleh perusahaan bernama Consumer Recreation Services (CRS). Conrad menjanjikan bahwa hadiah itu akan mengubah hidup abangnya.

foto: thecinemamonster.com

Semula Nicholas memiliki keraguan tentang CRS, namun akhirnya ia pergi juga ke kantor CRS dan selanjutnya mengikuti serangkaian tes panjang dan memakan waktu, mulai dari pemeriksaan psikologis hingga fisik. Dan kemudian disinilah kisah besar dimulai, ia masuk dalam permainan nyata yang mengancam segala bisnis, reputasi, keuangan, dan keselamatannya, ia merasa terjebak. Singkatnya ia dibawa pada sebuah kondisi yang menguras energi dan emosional yang sangat membingungkan, melibatkan begitu banyak pihak dan kemudian mengiringnya pada rasa frustasi berat, hingga kemudian memutuskan diri untuk mengakhiri hidup di usia 48 tahun terjun dari gedung tinggi, sama halnya yang dilakukan ayahnya.

Namun anti klimaks dari film inipun berakhir, Nicholas yang terjun dari ketinggian tidak benar-benar mati, ia telah diselamatkan dengan kantong udara raksasa dan herannya ia sekarang berada di sebuah ballroom hotel yang mewah. Ternyata semua ini by design, hanya tipuan konspirasi, semuanya telah difiksikan dalam sebuah permainan, ia tetap hidup dan tetap menjadi orang kaya. Ia kemudian disambut dengan sebuah jamuan makan malam yang elegan untuk merayakan ulang tahunnya yang ke-48. Keluarga dan teman-temannya telah menunggunya bersama dengan semua pihak yang telah memberikan sesuatu surprise yang luar biasa, dan rupanya adiknya Conrad yang telah mendesain semuanya. Nicholas shock dan merasa tidak percaya apa yang telah terjadi sebelumnya dan iapun berurai airmata, juga begitu kaget mengetahui berapa tagihan untuk semua permainan ini. Conrad melakukan surprise ini, karena menilai abangnya sebagai orang yang menyebalkan dan dari peristiwa ini diharapkan abangnya dapat memperbaiki diri.

Kembali ke kasus pembunuhan Mirna, mungkinkah kisah film ini setali tiga uang dengan kasus Jessica Mirna, dan kembali mungkinkah film yang sudah berusia hampir dua dekade ini menjadi inspirasi. Entahlah!, Jika seandainya sama, maka ketika pembacaan keputusan hakim terhadap Jessica, entah itu dihukum sesuai dengan tuntutan jaksa, di atas tuntutan jaksa atau malah dinyatakan bebas. Dengan serta merta Mirna keluar dari balik ruang sidang sambil membawa kue ulang tahun dengan angka lilin 28 buat Jessica Kumala Wongso yang memiliki kelahiran 9 Oktober 1988 dan kemudian semua pihak terlibat baik secara langsung maupun tidak langsung dengan kasus ini, bermunculan dari balik ruang sidang. Mulai dari teman-teman, keluarga, kepolisian, para saksi ahli dari berbagai kepakaran dalam dan luar negeri, pembantu rumah tangga hingga petugas imigrasi, dari pelayan kafe hingga reporter media. Semuanya muncul dan ruang sidang yang seketika menjadi gegap gempita, Jessica menangis dan berurai air mata. Bahwa semua hanyalah the game atau permainan, konspirasi belaka dan kemudian Hani muncul sebagai pengagas suprise dan keluarga Jessica sebagai penyandang dana, sehingga kasus Jessica dan Mirna adalah sebuah thriller menegangkan untuk menciptakan kejutan.

foto: bogor.tribunnews.com

Ketika hal ini yang terjadi, maka Mirna tidak pernah menjadi korban dan Jessica pun tidak mendapatkan hukuman. Seluruh pihak yang terlibat dalam kisah ini menjadi bahagia dan penonton sidang pun kembali tenang dan semua pemirsa seantero negeri syahdu mengusap dada. Sayangnya ini sebuah utopia kemanusiaan, imajinasi dewa mabuk, walaupun kadang antara realitas dan fantasi, antara ruang nyata dan layar perak hanya dipisahkan oleh selembar kertas. Dunia yang absurd, menampilkan kehidupan selisih antara probabilitas dan deterministik, antara kenyataan dan sandiwara seperti  dua muka dari sekeping uang logam.

Kita seperti melihat dagelan hukum, yang begitu menyita perhatian. Banyak pihak yang mengkritik proses pengadilan yang ditayangkan secara live. Ketika mimbar hukum dibuat seumpama sinetron dari episode ke episode yang kusut dan rumit. Membawa konsep hukum yang sangat kompleks ke ranah ruang santai keluarga. Kita dipertontonkan kecerdasan jaksa dan kecerdikan pengacara, kita juga diperdengarkan kesaksian ahli memberatkan yang tegas dan kesaksian ahli meringankan yang bernas, serta dinamika sidang yang panas. Ibarat melihat berbagai macam aliran-aliran keilmuan dari pendekar-pendekar terbaik yang tadinya bertapa di gunung, harus turun ke lembah dunia persilatan untuk mengeluarkan jurus-jurus ampuhnya. Sebagai orang awam, kita tentu mendapatkan keuntungan yaitu menjadi melek proses hukum, dan sebagiannya lagi berperan layaknya detektif Conan yang sedang memecahkan sebuah kasus pelik, dan terakhir coba di catat berapa banyak tamatan SMA kelak yang memiliki minat dan akan mengambil kuliah dengan kosentrasi hukum karena kisah ini.

Kasus ini memang meluas bahkan hingga hal-hal yang tidak penting atau bahkan tidak terkait dengan kasus inti. Jika saja kasus pembunuhan Mirna ini dijadikan novel, maka akan mengurai begitu banyak sisi kehidupan, motivasi dan permasalahaan semua pihak yang terlibat, dan akhirnya tebalnya akan melebihi tebalnya seluruh berkas persidangan. Sudah banyak ulasan di berbagai media tentang kasus ini, vidio CCTV dan potongan persidangan telah di tonton jutaan orang dikanal vidio youtube, ditambah lagi dengan hadirnya meme-meme persidangan dan parodinya. Bumbu-bumbu di luar persidanganya juga menjadi hal yang menarik dengan berbagai kasus lain yang menyertainya seperti kasus imigrasi bagi saksi ahli yang didatangkan dari luar negeri, saksi ahli yang memiliki masalah hukum di negara lain, personal JPU yang tampan dan hadirin sidang yang diminta keluar. Hingga kadang melupakan konspirasi siapa dibalik pembuhan Mirna yang sebenarnya!

Setelah menjalani 27 kali persidangan, dengan pembacaan tuntutan 20 tahun penjara oleh JPU. Jessica masih harus menunggu menjalani sidang ke-28 lagi, pada tanggal 12 Oktober 2016 mendatang untuk pembacaan pledoi. Sidang ke-29, pada tanggal 17 Oktober 2016 untuk perihal pembacaan replik (tanggapan atas pledoi) dan Sidang ke-30, pada tanggal 20 Oktober 2016 untuk duplik (tanggapan atas replik). Dan kemudian putusan hakim akan dilaksanakan setelah tanggal 20 Oktober pada sidang ke-31. Sehingga kasus ini akan menjalani sebanyak 31 kali persidangan yang melelahkan. Bagaimanakah kasus dan kisah Jessica selanjutnya?...., dan tak lupa mengucapkan selamat ulang tahun bagi Jessica. (*)

Kupang, 09 Oktober 2016
©daonlontar.blogspot.com

comments

Catatan....!!!

Menulis bukan bakat, tetapi kemauan. Dalam kisah setiap orang pasti akan menuliskan apa ada yang ada di pikiran dan perasaannya.. Secara perlahan menulis mengantarkan seseorang menuju pencerahan, karena menulis membuat orang membaca dan sebaliknya membaca membuat orang menulis. Menulis merupakan pembelajaran, dan tidak hanya sekumpulan kalimat tetapi merupakan sekumpulan nilai dan makna. Kini cara menulis tidak lagi menggunakan pahat dan batu, tongkat dan pasir atau dengan kemajuan teknologi tidak lagi dengan tinta dan kertas tetapi sudah beranjak pada keyboard dan screen. Banyak kisah dan sejarah masa lalu yang tidak terungkap, karena tak ada yang mencatatnya atau bahkan lupa untuk mencatatnya. Mengutip kalimat singkat milik Pramoedya Anantatoer, “hidup ini singkat, kita fana, maka aku akan selalu mencatatnya! Agar kelak abadi di kemudian hari…” Catatan adalah sebuah kesaksian dan kadang juga menjadi sebuah pembelaan diri. Seseorang pernah memberiku sebuah diary, dengan sebuah catatan yang terselip. Kelak aku akan mengembalikannya dalam keadaan kosong karena aku telah mencatatnya di sini….!!!


Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
 
;