Sebagai muslim kita sudah terbiasa
mendengar khotbah di hampir setiap jumatan, tarawih atau hari raya. Namun
pertanyaannya, apakah semua khotbah itu memberikan pengaruh pada sanubari kita
sebagai pendengar. Sebagai jamaah sholat, kita punya ribuan kali pengalaman
mendengarkan ceramah khotbah dari para khatib, dan ribuan kali juga kita
mempunyai kesempatan untuk menilai apakah ceramah itu berkesan atau tidak. Tak
jarang sebagai jamaah kita tak menangkap sepatah katapun yang diucapkan khatib.
Begitu banyak hal yang masuk dalam pikiran kita dan menganggu, sehingga tubuh
kita berada di mesjid namun jiwa kita seolah terbang ke permasalahan hidup yang
belum terselesaikan di luar sana. Ibarat masuk telinga kiri keluar lagi telinga
kanan. Kadang banyak jamaah yang tertidur karena ceramah khatib yang dingin,
sehingga muncul penilaian bahwa sesi ceramah hanya membuang waktu para jamaah
yang telah rela meninggalkan kesibukannya. Padahal sesungguhnya khotbah adalah
syarat sahnya solat jumatan dan pelengkap ibadah solat lainnya, bahkan ada yang
menilai jika jamaah tidak mendengarkan khotbah dengan baik akan dianggap kelalaian
dan bisa diganjar dosa.
Latar belakang novel
ini bercerita
tentang petualangan
Simonov Sinesky bersama Malaikat Jibrael mengunjungi sebuah institusi
kepolisian di negeri tak bernama. Kisah novel ini menguak perbuatan
polisi-polisi di negeri antah berantah yang tak lagi memiliki nilai-nilai
kebenaran, kejujuran dan keadilan, dimana sudah banyak oknum kepolisian yang
telah bersekutu dengan pelaku kejahatan. Simon Sinesky
bersama tokoh imajiner yang diwakili sebagai Malaikat Jibril datang
menginvestigasi dan melakukan penyelidikan terhadap polisi-polisi di suatu
negeri antah
berantah. Dimulai dari polisi
berpangkat rendah brigadir hingga perwira tinggi jenderal. Investigasi ini
dilakukan berdasarkan buku dosa yang telah dicatat, karena
bagaimanapun sebagai mahluk beriman segala amal kebaikan beserta dosa-dosa
sudah dicatat untuk dipertangungjawabkan di kemudian hari.
Langganan:
Postingan (Atom)
My Facebook
Catatan....!!!
Menulis bukan bakat, tetapi kemauan. Dalam kisah setiap orang pasti akan menuliskan apa ada yang ada di pikiran dan perasaannya.. Secara perlahan menulis mengantarkan seseorang menuju pencerahan, karena menulis membuat orang membaca dan sebaliknya membaca membuat orang menulis. Menulis merupakan pembelajaran, dan tidak hanya sekumpulan kalimat tetapi merupakan sekumpulan nilai dan makna. Kini cara menulis tidak lagi menggunakan pahat dan batu, tongkat dan pasir atau dengan kemajuan teknologi tidak lagi dengan tinta dan kertas tetapi sudah beranjak pada keyboard dan screen. Banyak kisah dan sejarah masa lalu yang tidak terungkap, karena tak ada yang mencatatnya atau bahkan lupa untuk mencatatnya. Mengutip kalimat singkat milik Pramoedya Anantatoer, “hidup ini singkat, kita fana, maka aku akan selalu mencatatnya! Agar kelak abadi di kemudian hari…” Catatan adalah sebuah kesaksian dan kadang juga menjadi sebuah pembelaan diri. Seseorang pernah memberiku sebuah diary, dengan sebuah catatan yang terselip. Kelak aku akan mengembalikannya dalam keadaan kosong karena aku telah mencatatnya di sini….!!!