Jumat, 18 Juli 2014

Pelajaran hari ini dari seekor anjing


photo: theanimals.pics

Tidak seperti biasanya pagi hari ini ketika berangkat kerja, saya seolah sedang diperlihatkan sebuah pelajaran menarik dari seekor anjing. Dengan mengendarai kendaraan roda dua, suatu kebetulan saya mengikuti sepasang ibu dan bapak yang sedang mengendarai motor skuter sambil diikuti seekor anjing jantan berbulu putih, yang terus dan terus berlari mengejar mereka. Tampak bahwa mereka adalah tuan dari anjing tersebut. Semula saya mengira tak seberapa jauh anjing tersebut mengejar, tetapi ternyata di luar dugaan anjing itu terus mengejar tanpa berhenti, kadang ia tertinggal jauh kadang ia mendahului kendaraan tuannya dengan nafas terengah-engah.

Sang ibu yang dibonceng, hanya tertawa kecil melihat anjingnya dan seolah melambaikan tangan perpisahan, tetapi anjingnya terus dan terus mengejar. Sang tuan perempuan itu juga masih memberikan kata-kata kepada anjing yang tak mau berhenti mengejar itu, bahwa “jika terus memaksa berlari mengejar kami, kamu keletihan dan akan membuatmu capai”, mungkin kira-kira begitu omelan sang tuan buat anjing yang ‘keras kepala’ ini. Dilihat dari sikap biasa tuannya, saya menduga bahwa anjing ini sudah berulang-ulang kali melakukan hal yang sama. Sehingga tuannya tanpa merasa kuatir bahwa anjingnya akan kesasar dan setelah tidak mampu mengejar lagi anjing tersebut akan berbalik dan pulang ke rumah lagi.  

Dalam aksi mengantar kepergian tuannya, anjing itu kadang berlari tanpa memperhatikan sekitarnya. Ketika terlampau senang mengejar dari sisi kiri, anjing itu hampir saja ditabrak sebuah motor dari seorang pengendara yang datang dari arah berlawanan dari sisi kanan. Beruntung pengendara yang tampaknya sudah tua itu masih cekatan meredam kecepatan motornya. Kejadian itu luput dari perhatian tuannya. Hal yang juga luput dari pantauan tuannya adalah ketika seekor anjing betina yang juga berbulu putih, sempat memberhentikan anjing jantan tersebut. Namun pesona anjing betina itu tak dapat mengalihkan fokus anjing jantan untuk terus mengejar tuannya yang sudah mulai berlalu agak jauh.

Saya memang sengaja memperlambat kendaraan untuk melihat peristiwa relationship antara seekor anjing dan tuannya. Hingga kemudian sekitar dua kilometer jauhnya ketika menemukan jalan yang lebih besar, akhirnya saya dengan anjing beserta tuannya pengendara skuter itu harus berpisah. Tapi saya masih terus melihat betapa kuatnya anjing tersebut yang masih terus mengejar tuannya. Pikir saya anjing itu akan berhenti ketika jantung dan nafasnya tak bisa lagi berakselarasi untuk menghasil kekuatan untuk mengejar tuannya lagi. Ia pasti akan berhenti dan kemudian dengan sisa tenaganya mencari jejak jalan pulang kembali ke rumah. Memang pada beberapa kasus, anjing jika akan berjalan jauh meninggalkan rumahnya, akan selalu meninggalkan sedikit demi sedikit jejak kencing pada beberapa jarak untuk memudahkan mencari jalan pulang dengan menjadikan bau air seninya sebagai jejak.

Bukan hal pertama ketika melihat anjing-anjing selalu mengejar tuannya yang sedang mengendarai kendaraan. Hal itu terlihat berbahaya jika terjadi di jalan dengan lalu lintas yang ramai. Tidak jarang juga saya melihat anjing yang ikut serta dalam kendaraan bersama tuannya baik kendaraan roda dua dan roda empat. Ini menunjukan anjing sebagai hewan yang patuh dan cerdas, tidak seperti peliharaan jenis mamalia lainnya yang kadang susah diatur seperti kucing.

Kejadian ini membuat saya mengambil pelajaran bahwa kesetiaan itu tak selamanya bisa berlangsung lama, bisa saja sebuah kecelakaan terjadi seperti yang hampir dialami anjing itu. Begitu semangatnya berlari hingga hampir ditabrak kendaraan pengemudi lain. Selain itu sesuatu yang lain bisa mengalihkan kesetiaan, tetapi itu masih tergantung dari nilai kesetiaan itu sendiri. Ini dilihat ketika seekor anjing betina sempat menghentikan laju anjing jantan tersebut, tetapi karena nilai kesetiaanlah yang membuat anjing tersebut tak berhenti lama dan kemudian melanjutkan pengejarannya. Akhirnya kesetiaan itu tidak hanya dimiliki oleh manusia, alam dan hewanpun memilikinya dengan caranya masing-masing. 

Anjing Hachiko - Photo: http://www.erdekesvilag.hu

Catatan ini mengingatkan beberapa kisah dunia tentang anjing yang setia diantaranya adalah seekor anjing jantan bernama Hachiko (1923-1935), yang dikenang dunia karena kesetiaan terhadap majikannya. Dimulai dari kebiasaannya yang terus mengantar dan menjemput tuannya ke dan dari Stasiun Shibuya, Tokyo-Jepang. Setelah kematian mendadak tuannya anjing Hachiko masih belum mengerti dan terus menunggu tuannya yang tak kunjung pulang di stasiun. Untuk memperingati kisah ini dibangun Patung Hachiko di depan Stasiun Shibuya dan kini telah menjadi landmark Shibuya. Tempat ini sering dijadikan sebagai tempat janjian untuk bertemu di Shibuya, kesetiaan mungkin bisa dilihat dari orang-orang yang menepati janji untuk bertemu di depan patung Hachiko ini.

Selain itu ada juga kisah tentang seekor anjing setia yang turut menemani tujuh orang pemuda yang ditidurkan Allah selama 300 tahun, yang kejadiannya sekitar tahun 215 M. Ketujuh orang itu adalah pemuda-pemuda yang bersembunyi di gua untuk menjaga keimanan mereka dari raja yang kafir. Sedangkan anjing mereka duduk mengunjurkan kedua lengannya di muka pintu gua. Semula mereka beristirahat sejenak karena kelelahan, namun nyatanya mereka telah tertidur selama 300 tahun, mirisnya anjing itu telah mati sebelum ketujuh pemuda itu bangun dari tidurnya. Cerita ini dikenal dengan kisah Ashabul Kahfi. Manusia bisa belajar tentang kesetiaan dari seekor anjing. (*)

Kupang, 18 Juli 2014
©daonlontar.blogspot.com


comments

Catatan....!!!

Menulis bukan bakat, tetapi kemauan. Dalam kisah setiap orang pasti akan menuliskan apa ada yang ada di pikiran dan perasaannya.. Secara perlahan menulis mengantarkan seseorang menuju pencerahan, karena menulis membuat orang membaca dan sebaliknya membaca membuat orang menulis. Menulis merupakan pembelajaran, dan tidak hanya sekumpulan kalimat tetapi merupakan sekumpulan nilai dan makna. Kini cara menulis tidak lagi menggunakan pahat dan batu, tongkat dan pasir atau dengan kemajuan teknologi tidak lagi dengan tinta dan kertas tetapi sudah beranjak pada keyboard dan screen. Banyak kisah dan sejarah masa lalu yang tidak terungkap, karena tak ada yang mencatatnya atau bahkan lupa untuk mencatatnya. Mengutip kalimat singkat milik Pramoedya Anantatoer, “hidup ini singkat, kita fana, maka aku akan selalu mencatatnya! Agar kelak abadi di kemudian hari…” Catatan adalah sebuah kesaksian dan kadang juga menjadi sebuah pembelaan diri. Seseorang pernah memberiku sebuah diary, dengan sebuah catatan yang terselip. Kelak aku akan mengembalikannya dalam keadaan kosong karena aku telah mencatatnya di sini….!!!


Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
 
;