Sabtu, 11 Agustus 2012

Jajanan Berbuka Puasa di Kota Kupang

Jajanan Kampong Solor

Penduduk muslim di Kota Kupang terbilang minoritas, namun suasana ramadhan tetap terasa. Ditandai dengan berbagai aktivitas keagamaan mulai dari berbuka puasa bersama hingga sholat tarawih berjamaah di mesjid-mesjid seputaran Kota Kupang. Selain itu selama Bulan Ramadhan di Kota Kupang juga banyak ditemui jajanan berbuka puasa yang saat ini femilier disebut dengan takjil (Arab, ta’jil), padahal arti sesungguhnya takjil adalah “keadaan untuk segera berbuka puasa, namun kemudian istilah ini dipakai untuk menamai beragam makanan ringan yang mudah dikonsumsi sesegera saat azan maghrib berkumandang karena memasuki waktu sholat. Mungkin dimaksudkan sebagai jajanan praktis yang mudah mengembalikan energi untuk segera menunaikan ibadah sholat maghrib.
 
Di Kupang terdapat dua lokasi utama tempat jajanan berbuka puasa (takjil) dijual layaknya pasar ramadhan. Lokasi pertama berada di Jalan Soekarno atau di depan eks Gedung Pemerintahan Kabupaten Kupang, yang dikenal dengan JAM (Jajanan Air Mata). Dinamai demikian karena merujuk nama kampung/kelurahan tempat para penjual jajanan berasal yakni Kampung Air Mata, salah satu kampung muslim di Kota Kupang. JAM mulai dirintis sekitar pertengahan 90-an, atas prakarsa Ibu Jeanette Agnes Musakabe, yang adalah isteri Gubernur NTT kala itu, Herman Musakabe (1993-1998). Pendirian JAM dimaksudkan untuk memberdayakan ekonomi ibu rumah tangga yang ada di Kampung Air Mata.

Lokasi kedua tak jauh dari JAM hanya 500 meter memutar arah timur atau tepatnya berada di depan Gedung Bank Mandiri bersebelahan dengan Gereja Kathedral di Jalan Urip Sumohardjo. Mengikuti jejak JAM, orang menamai lokasi ini dengan Jajanan Kampung Solor, sama halnya dengan JAM, nama Kampung Solor adalah Kampung muslim lainnya di pusat Kota Kupang dan yang menjualnya tentu para ibu-ibu yang berasal dari Keluruhan kampung Solor. Pendirian Jajanan Kampung Solor ini terbilang baru karena muncul di sekitar tahun 2010.
 
Kalesong

Umumnya kedua tempat tersebut telah memulai aktivitas berjualan selepas duhur. Kedua lokasi ini mulai ramai pada pukul empat sore hingga menjelang waktu berbuka puasa. Banyak pembeli yang datang untuk sekedar ngabuburit (menunggu waktu berbuka tiba) sambil memilih-milih aneka jajanan untuk hidangan berbuka. Kedua tempat ini menyediakan aneka makanan khas berbuka puasa seperti kolak, es buah, kue-kue tradisonal seperti kue bajongko (ada juga yang menyebutnya kue badongko), kue bendera, pisang goreng, roti bale gula, wajik, cucur, onde-onde, putu, lampar, pastel dan jenis kue lainnya. Selain kue dan peganan tradisional tersedia juga aneka lauk pauk untuk hidangan selepas berbuka. Salah satu yang sering dicari-cari saat ramadhan adalah kalesong, sejenis lontong yang menggunakan daun kelapa muda sebagai pembungkusnya. Kalesong cocok dinikmati bersama sate dan bumbu kacangnya. 

Jajanan berbuka ini tidak hanya diminati oleh kaum muslim Kota Kupang, tetapi juga datang dari kalangan mana saja. Mereka bahkan menunggu masa ramadhan dan menjadi pelanggan setia. Biasanya sepulang kerja singgah untuk sekedar membeli beberapa penganan sebelum kembali ke rumah, tak jarang juga terlihat masyarakat Cina yang membelinya. Dengan demikian jajanan berbuka puasa di Kota Kupang menjadi khazanah multikulturisme di Kota Kupang.

Kupang, 11 Agustus 2012
©daonlontar.blogspot.com


comments

Catatan....!!!

Menulis bukan bakat, tetapi kemauan. Dalam kisah setiap orang pasti akan menuliskan apa ada yang ada di pikiran dan perasaannya.. Secara perlahan menulis mengantarkan seseorang menuju pencerahan, karena menulis membuat orang membaca dan sebaliknya membaca membuat orang menulis. Menulis merupakan pembelajaran, dan tidak hanya sekumpulan kalimat tetapi merupakan sekumpulan nilai dan makna. Kini cara menulis tidak lagi menggunakan pahat dan batu, tongkat dan pasir atau dengan kemajuan teknologi tidak lagi dengan tinta dan kertas tetapi sudah beranjak pada keyboard dan screen. Banyak kisah dan sejarah masa lalu yang tidak terungkap, karena tak ada yang mencatatnya atau bahkan lupa untuk mencatatnya. Mengutip kalimat singkat milik Pramoedya Anantatoer, “hidup ini singkat, kita fana, maka aku akan selalu mencatatnya! Agar kelak abadi di kemudian hari…” Catatan adalah sebuah kesaksian dan kadang juga menjadi sebuah pembelaan diri. Seseorang pernah memberiku sebuah diary, dengan sebuah catatan yang terselip. Kelak aku akan mengembalikannya dalam keadaan kosong karena aku telah mencatatnya di sini….!!!


Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
 
;