Kamis, 08 Desember 2011

Story of Noelmina Bridge



photo: http://www.kupangklubhouse.com/

Adalah sebuah Jembatan monumental bagi masyarakat Timor Barat yang terletak di perbatasan antara kabupaten Kupang dan Kabupaten Timor Tengah Selatan atau berada di kilometer 77 dari arah Kota Kupang. Nama jembatan ini berasal dari kata “noel” yang berarti sungai dan “mina” adalah nama wilayah, sehingga dinamakan Jembatan Noelmina dari sungai yang berhulu di Gunung Mutis ini. Jembatan pertama kali di bangun tahun 1910 oleh Pemerintah Hindia Belanda dengan menggunakan tenaga rodi dari penduduk Timor. Ketika itu mereka diarahkan mengumpulkan batu untuk membangun pondasi beton dan juga mengumpulkan kayu hutan untuk membuat struktur dan rangka jembatan. Diperkirakan tahun 1920 jembatan ini selesai dibangun dan dapat dipergunakan.

Photo: Tropenmuseum Royal Tropical Institute


Sebelum jembatan ini di bangun masyarakat harus menyeberangi sungai untuk menuju ke dan dari pusat pemerintah kolonial yang berada di Kupang. Perjalanan kaki atau menaiki kuda akan terasa aman bila dilakukan pada musim kemarau, namun tidak demikian bila musim penghujan karena sangat berbahaya. Sungai Noelmina banyak memakan korban bagi masyarakat yang nekad menyeberang karena terbawa arus deras, dan tentunya menjadikan cerita pilu bagi keluarga yang pernah ditinggalkan. Tidak hanya di masa lalu, sungai ini masih tetap berbahaya hingga kini terutama bagi para penambang pasir, walau kering di musim kemarau namun dapat meluap di musim penghujan. Di saat pendudukan Jepang jembatan ini merupakan penghubung utama mobilitas antara markas Jepang di Kupang hingga barak tentara Jepang yang berada di Atambua. Oleh karena itu pada tanggal 19 Februari 1944 jembatan ini dibom putus oleh pesawat tempur sekutu (RAAF) seperti terlihat pada foto udara berikut ini.

 
photo: http://www.awm.gov.au/


Putusnya jembatan ini membuat pertahanan Jepang di Pulau Timor melemah dan terus mendapatkan serangan dari armada sekutu hingga berakhirnya masa pendudukan Jepang di Timor. Jembatan ini kemudian di rekonstruksi kembali pada akhir tahun 1945, untuk memperbaiki bekas pemboman tentara sekutu. Sesudah itu di awal kemerdekaan konstruksi jembatan ini diperkuat dengan manambah konstruksi lengkung untuk menahan beban jembatan, walau saat itu jembatan hanya dapat memuat lalu lintas satu kendaraan saja. 

photo: http://www.awm.gov.au/

photo: http://www.kupangklubhouse.com/


Pada tahun 1987, tepat bersebelahan dengan Jembatan Noelmina lama di bangun Jembatan Noelmina yang baru dengan menggunakan konstruksi baja (steel truss bridge), hingga selesai di bangun pada tahun 1989 dan kemudian diresmikan pada tanggal 14 Maret 1990, oleh Wakil Presiden Republik Indonesia Sudarmono, SH. Jembatan sepanjang 240 meter dengan lebar tujuh meter ini menjadi jembatan rangka baja terpanjang di Nusa tenggara Timur. Saat ini bekas-bekas keberadaan jembatan lama peninggalan kompeni masih bisa terlihat, seperti bekas pondasi yang telah dirubuhkan dan tepian jembatan lama. Kini aktivitas keramaian telah nampak di sekitar jembatan sebagai tempat persinggahan menuju arah timur Kota Soe dan arah selatan menuju lokasi wisata pantai Kolbano.


 
photo: http://wiryanto.files.wordpress.com/2011/03/gambar1.jpg
photo: http://wiryanto.files.wordpress.com/2011/03/gambar5.jpg

Kupang, 08 Desember 2011

©daonlontar.blogspot.com

comments

Catatan....!!!

Menulis bukan bakat, tetapi kemauan. Dalam kisah setiap orang pasti akan menuliskan apa ada yang ada di pikiran dan perasaannya.. Secara perlahan menulis mengantarkan seseorang menuju pencerahan, karena menulis membuat orang membaca dan sebaliknya membaca membuat orang menulis. Menulis merupakan pembelajaran, dan tidak hanya sekumpulan kalimat tetapi merupakan sekumpulan nilai dan makna. Kini cara menulis tidak lagi menggunakan pahat dan batu, tongkat dan pasir atau dengan kemajuan teknologi tidak lagi dengan tinta dan kertas tetapi sudah beranjak pada keyboard dan screen. Banyak kisah dan sejarah masa lalu yang tidak terungkap, karena tak ada yang mencatatnya atau bahkan lupa untuk mencatatnya. Mengutip kalimat singkat milik Pramoedya Anantatoer, “hidup ini singkat, kita fana, maka aku akan selalu mencatatnya! Agar kelak abadi di kemudian hari…” Catatan adalah sebuah kesaksian dan kadang juga menjadi sebuah pembelaan diri. Seseorang pernah memberiku sebuah diary, dengan sebuah catatan yang terselip. Kelak aku akan mengembalikannya dalam keadaan kosong karena aku telah mencatatnya di sini….!!!


Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
 
;